Senin, 12 Oktober 2009

Marketing Intelligence Extra Joss

1. Collect Existing Information/Mengumpulkan Informasi yang Ada
a. Internal data/data internal
Extra Joss, merek dagang minuman energi milik PT Bintang Toedjoe masih menguasai pasar di Indonesia. Menurut survey AC Nielsen, merek ini menguasai sekitar 45,6% pangsa pasar. Menurut survey AC Nielsen, merek ini menguasai sekitar 45,6% pangsa pasar.
Daerah-daerah yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan tersebut antara lain: Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi, dan Indonesia Timur. Sementara daerah-daerah dengan tingkat penjualan tetap adalah DKI Jakarta, Sumatera dan Jawa Tengah. Secara umum, Extra Joss sudah tersebar di 80% wilayah Indonesia. Untuk wilayah ekspor, kontribusi paling penting dari Filipina. Di 2007, penjualan Extra Joss di Filipina mencapai 111 juta sachet, atau setara dengan US$ 14 juta. Angka tersebut tumbuh 150% dari tahun sebelumnya.
b. Published Information/menerbitkan informasi
Kualitas :
Ekstra Joss membantu memelihara kesehatan tubuh, menyegarkan badan dan membantu metabolisme tubuh, untuk menghasilkan energy.
Keragaman Produk :
Extra Joss, sang penguasa pasar minuman energy mencoba mengembangkan pasarnya saat pasar minuman energy stagnan. Extra Joss menawarkan manfaat baru seperti meramu campuran Extra Joss, the panas dan madu ( iklan tahun 2006). Ada juga tiga resep Joss : Joss Susu (Extra Joss dingin campur susu, Joss Teh Madu (Extra Joss campur the dan madu), Joss Jahe (Extra Joss hangat campur Jahe). Produk ini lebih menawarkan banyak ragam produk dengan mengembangkan pasar dengan manfaat baru (new usage).
Brand :
Kata ‘Joss adalah kata yang ditemukan, diperkenalkan dan digunakan sebagai brand pertama kali oleh Extra Joss. Jadi paten yang dipegang oleh Extra Joss lebih dominan karena penggunaan kata Joss pada merek tersebut. Menempatkan suatu merek di benak konsumen sering kali di ucapkan dengan jargon. “Beli biangnya buat apa beli botolnya” salah satu jargon yang melekat di konsumen.
Harga :
Produk yang ditawarkan cukup lebih murah ketimbang dengan pesaingnya. Berupa minuman non liquit/serbuk dalam sachet yang bisa menurunkan cost. Harga yang ditawarkan per sachet sekitar 1000 rupiah. Sehingga relatif terjangkau untuk konsumen yang terbatas daya belinya. Extra Joss sendiri bermain di Low –mid market.
Promosi :
Iklan memberikan sumbangan terhadap positioning suatu produk. Dalam iklan tercakup banyak komponen seperti siapa yg berbicara, irama musiknya, latar belakang pengambilan gambar dan orang yang terlibat didalamnya. Seperti slogan Extra Joss “ beli biangnya buat apa beli botolnya” merupakan iklan yang saling menuding secara tidak langsung.
Role of communication : Memperkenalkan kepada konsumen tentang manfaat yang diperoleh setelah mengkonsumsi Extra Joss. Target akan mengetahui kelebihan produk dengan kompetitornya.
Target consumen : Pria dan wanita. Berusia remaja sampai dewasa. Olah ragawan, palajar, pagawai yang ingin mempertahankan konsentrasi dalam jangka waktu yang lama.
Saat Demam piala dunia tahun 2006, Extra joss mencoba menawarkan memanfaatkan baru sebagai minuman melek sampai pagi. Digambarkan si endorser Ricky Jo sedang meramu Joss hangat yaitu campuran Extra Joss, teh panas dan madu sambil berujar “Buat nonton bola, 30 hari terus-terusan bisa melek sampai pagi tetapi tetap berenergi”. Extra Joss menfungsikan sebagai penghilang rasa kantuk. Extra Joss berupaya memanfaatkan moment musiman, dengan mendompleng produk lain. Orang yang biasa minum teh atau susu bisa menambahkan Extra Joss untuk membuat minuman resep Joss.
What do we need to say :
Keseimbangan antara kesehatan, kebugaran.
Totality. Kreatif, energik, dinamis.
Brand ide.
Brand personification.
Mandatory : Merek dan logo ‘Extra Joss”. Minuman sebagai tambahan energy. Merek Extra Joss menyiratkan tenaga Extra, dikomunikasikan dengan tangan terkepal yang sesuai dengan mereknya.
Advertising Requirment : TV commercial, iklan cetak untuk Koran dan majalah.
Even :
Salah satu yang menjual adalah kampanye iklan Go Joss (goyang Joss).
Tempat :
Extra Joss bermain di pasar low-mid market. Produk ini bisa didapatkan di berbagai pasar yang kebanyakan adalah menengah ke bawah.
2. Use standardized Research Services
a. Subscription/langganan
Target market dari extra Joss adalah olahragawan, palajar, pagawai yang ingin mempertahankan konsentrasi dalam jangka waktu yang lama. Dengan iklan yang mengendorse para olahragawan, diharapkan orang-orang yang gemar berolahraga mengkonsumsi produk Extra Joss.
b. Single Purchase/pembelian tunggal
Segmentasi pelanggan Extra Joss adalah pria dan wanita berusia remaja sampai dewasa.
3. Conduct Research Study
a. Exploratory/penyelidikan
Consumer connection dapat juga dilakukan melalui metode on the go. Misalnya tim dari perusahaan naik KRL dari Stasiun Dukuh Atas ke Bogor atau Depok. Di situ diamati apa yang dilakukan konsumen. Mungkin karena KRL ekonomi hawanya panas sekali, ia membutuhkan sesuatu untuk melepaskan dahaga. Ternyata konsumen mau yang praktis, beli langsung minum, entah di dalam plastic atau cup. “Di situ kita dapat insight bahwa dia tidak sempat mencampur-campur serbuk Extra Joss lagi.” “Itu adalah insight yang kalau kita tidak turun sendiri, tidak akan dapat diperoleh.”
Ada lagi on the go dengan cara ikut sopir truk, yang adalah konsumen Extra Joss. Karena sopir berangkat dari Jakarta menuju Surabaya, tim menumpang sampai Cikampek. Di situ dapat dilihat apa saja aktivitas sang sopir, bagaimana ia mencampur Extra Joss dengan air? Menurut aturannya 1 sachet sebaiknya dicampur dengan 200 ml air. Tapi karena sang sopir ingin hemat, 2 sachet dicampur dengan air 1500 ml.
b. Full Scale/skala penuh
Ada tiga tiga hal berkaitan dengan konsumen. Pertama adalah future need and trends. Bagaimana seseorang dapat membaca jauh ke depan kira-kira kebutuhan konsumen dalam waktu satu atau dua tahun lagi untuk meningkatkan kesehatan itu apa ? “Kita mencoba imagine tomorrow dan mengantisipasi kebutuhannya.”
Kedua, face to face customer contact untuk mengembangkan intuitive sense dan personal understanding. Dari pengalaman, BT biasanya melakukan focus group discussion (FGD). Panelis sudah ditentukan terdiri 8-10 orang. Kemudian anggota FGD dari perusahaan menggali kebutuhan konsumen.
Ketiga adalah melalui consumer connection. Jajaran manajemen hingga manajer meluangkan waktu selama lima hari dalam setahun untuk bertatap muka dengan konsumen secara langsung, home visit. Mereka yang melakukan kunjungan dibagi ke dalam 20 kelompok, dan masing-masing datang ke rumah konsumen, baik pagi, siang atau malam. Tapi mereka tidak membawa atribut perseroan. “Kita coba untuk mendapatkan insight-nya.” Bangun tidur, kegiatan apa yang dilakukan konsumen. Mungkin ada yang menyiapkan makanan, mencuci baju, mengantar anak, pulang, masak, dan sebagainya. “Kita lihat the day in life-nya seorang ibu, misalnya.”
Dari situ dapat ditanyakan, “Untuk menjaga kesehatan, ibu melakukan apa?” Mungkin ada yang berolahraga pagi, minum jamu,dsbnya. Kalau minum jamu, apa mereknya? Jika sakit kepala, batuk, pilek, mereka mengkonsumsi apa? Mereka yang ikut home visit ini diharapkan sudah mempelajari data tentang konsumen yang bersangkutan. Mengapa konsumen minum obat tertentu? Apakah karena mereknya atau kemudahan diperoleh, dll? Lebih jauh juga dapat ditanyakan kepada konsumen tersebut, jika perusahaan memiliki produk tertentu apakah ia bersedia membelinya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar